Rabu, 20 Agustus 2014

ANALISIS KESALAHAN PENULISAN PARTIKEL PUN PADA HARIAN BANTEN POS EDISI JUNI 2012

A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa merupakan salah satu cara yang digunakan manusia untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Komunikasi itu dilakukan untuk memenuhi keberadaan manusia sebagai makhluk sosial. Selain itu, bahasa dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengekspresikan diri. Oleh karena itu, keberadaan bahasa sangat mempengaruhi kehidupan makhluk hidup, dalam hal ini manusia, di dunia. Melihat pentingnya peran bahasa sebagai penyandang kehidupan makhluk hidup itulah yang mengharuskan kita untuk mampu menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Selain itu, pemakai bahasa juga dituntut untuk dapat menggunakan dan melestarikan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan kaidah kebahasaan yang berlaku. Kegiatan berbahasa tidak hanya menggunakan bahasa lisan, tetapi juga dapat menggunakan bahasa tulis. Baik bahasa lisan maupun bahasa tulis harus memperhatikan kaidah-kaidah kebahasaan yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan agar pemakai bahasa dapat menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan jalur kebahasaan tanpa adanya penyimpangan terhadap kaidah-kaidah kebahasaan. Terdapat perbedaan dalam penggunaan bahasa lisan dan bahasa tulis. Ketika pemakai bahasa menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi, tanda baca dan ejaan tidak menjadi unsur utama yang harus diperhatikan oleh pemakai bahasa lisan. Berbeda halnya apabila kegiatan berbahasa dilakukan melalui bahasa tulis. Ketika seseorang menggunakan bahasa tulis dalam berkomunikasi, maka tanda baca dan ejaan menjadi unsur utama yang harus diperhatikan di samping tata bahasa dan kaidah-kaidah kebahasaan lainnya. Unsur inilah yang sangat sulit dilakukan dengan benar oleh pemakai bahasa tulis. Salah satu media yang biasa digunakan pemakai bahasa untuk menuangkan kegiatan berbahasa melalui tulisan dapat ditemukan pada media cetak berupa koran, majalah, dan lain-lain. Media cetak merupakan salah satu sumber informasi yang digunakan manusia untuk mengetahui situasi yang sedang terjadi di sekitarnya. Selain berfungsi sebagai sumber informasi, melalui media cetak juga masyarakat dapat mempelajari penulisan yang baik dan benar. Oleh karena itu, media cetak dituntut untuk memaparkan segala informasi dengan menggunakan bahasa yang baik agar dapat di mengerti oleh masyarakat dari segala kalangan dan dapat dijadikan sebagai panduan dalam tata cara penulisan yang benar. Peran media cetak untuk dapat menampilkan wacana berita yang menarik dan harus sesuai dengan kaidah kebahasaan tidaklah mudah. Unsur-unsur tanda baca dan ejaan yang telah dijelaskan sebelumnya menjadi sorotan utama selain tata bahasa, kosakata, isi, dan unsur-unsur kebahasaan lainnya. Terdapat beberapa media cetak berupa koran yang dalam penulisannya banyak sekali ditemukan kesalahan. Seperti pada penulisan partikel penegas berupa partikel pun. Banyak sekali keluhan dari masyarakat yang bingung dalam membedakan penulisan partikel pun apakah harus serangkai atau terpisah. Bahkan tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat sebisa mungkin menghindari penggunaan partikel pun dalam kegiatan menulis agar terhindar dari kesalahan penulisan. Kesalahan dalam penulisan tersebut terjadi karena kurangnya wawasan masyarakat mengenai kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Masyarakat tidak mengetahui aturan penulisan partikel pun yang benar. Padahal, wawasan mengenai penggunaan dan penulisan partikel pun-di samping unsur lainnya-sangat diperlukan. Wawasan inilah yang akan menjadi langkah awal bagi pemakai bahasa tulis untuk menghasilkan suatu tulisan yang menarik dan sesuai dengan kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Berdasarkan pemikiran di atas, maka dibutuhkan suatu penelitian untuk menghentikan penyimpangan terhadap kaidah bahasa tulis agar tidak merambat ke generasi selanjutnya. Salah satunya dengan melakukan penelitian terhadap kesalahan penulisan partikel pun pada media cetak khususnya pada harian Banten Pos edisi Juni 2012. Hal itu dilakukan guna menghentikan terjadinya penyimpangan-penyimpangan terhadap kaidah-kaidah kebahasaan, khususnya dalam dunia penulisan. B. Fokus Penelitian Untuk mencegah terjadinya perluasan permasalahan yang akan diteliti, maka peneliti menetapkan fokus penelitian dalam usaha membatasi penelitian ini mengenai analisis kesalahan penulisan partikel pun pada harian Banten Pos edisi Juni 2012. C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan pemaparan sebelumnya yang terdapat pada latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka pertanyaan dari penelitian ini adalah “Kesalahan penulisan partikel pun apa sajakah yang terdapat pada harian Banten Pos edisi Juni 2012?” D. Tujuan Penelitian Untuk menjawab pertanyaan penelitian di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesalahan penulisan partikel pun pada harian Banten Pos edisi Juni 2012. E. Kajian Teori 1. Partikel atau Kata Tugas Menurut Finoza (2010: 99), makna partikel adalah ‘unsur-unsur kecil dari suatu benda’. Analog dengan makna tersebut, unsur kecil dalam bahasa, kecuali yang jelas satuan bentuknya, disebut partikel. Menurut Alwi, dkk., dalam Ihwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya: Pengantar Memahami Linguistik (2004: 200), kata tugas memiliki beberapa ciri, yaitu: (i) hanya memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal, (ii) hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain, dan (iii) merupakan kelas kata tertutup; sedangkan menurut Kentjono dalam Ihwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya: Pengantar Memahami Linguistik (2004: 200), ciri kata tugas, yaitu: (i) jumlahnya terbatas, (ii) keanggotaannya boleh dikatakan tertutup, (iii) biasanya tidak mengalami proses morfologis, (iv) biasanya tidak memiliki makna leksikal, tetapi mempunyai makna gramatikal, (v) ada dalam macam wacana apa saja-puisi, pidato resmi, undang-undang, percakapan sehari-hari, nyanyian, dan sebagainya, dan (vi) dikuasai oleh pemakai bahasa dengan cara menghafal. Suherlan dan Odien R (2004: 200) membagi kata tugas berdasarkan peranannya dalam frasa atau kalimat menjadi lima kelompok, yaitu: (i) preposisi; (ii) konjungsi (konjungtor); (iii) interjeksi (iv) artikula; (v) partikel penegas. Sesuai dengan pembahasan sebelumnya, peneliti akan memfokuskan penelitian ini pada hal-hal yang berkaitan dengan partikel penegas berupa partikel pun. Sebelum menjelaskan partikel pun, terlebih dahulu peneliti akan memaparkan pendapat dari para ahli mengenai partikel penegas. 2. Partikel Penegas Kategori partikel penegas meliputi kata yang tidak tertakluk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya (Alwi, dkk., 1998: 307). Berkaitan dengan kata tugas, partikel yang dibicarakan di sini adalah partikel yang berfungsi membentuk kalimat tanya (interogatif), yaitu –kah dan –tah ditambah dengan –lah yang dipakai dalam kalimat perintah (imperatif) dan kalimat pernyataan (deklaratif), serta pun yang hanya dipakai dalam kalimat pernyataan (Finoza, 2010: 99). Tiga yang pertama berupa klitika, sedangkan yang keempat tidak (Alwi, dkk., 1998: 307). a. Partikel –kah Partikel –kah yang berbentuk klitika dan bersifat manasuka dapat menegaskan kalimat interogatif (Alwi, dkk., 1998: 307). Berikut ini adalah kaidah pemakaiannya. 1. Jika dipakai dalam kalimat deklaratif, -kah mengubah kalimat tersebut menjadi kalimat interogatif. Contoh: (71) Diakah yang akan datang? (Bandingkan: Dia yang akan datang.) (72) Hari inikah pekerjaan itu harus selesai? (Bandingkan: Hari ini pekerjaan itu harus selesai.) 2. Jika dalam kalimat interogatif sudah ada kata tanya seperti apa, di mana, dan bagaimana, maka –kah bersifat manasuka. Pemakaian –kah menjadikan kalimatnya lebih formal dan sedikit lebih halus. Contoh: (73) a. Apa ayahmu sudah datang? b. Apakah ayahmu sudah datang? (74) a. Bagaimana penyelesaian soal ini jadinya? b. Bagaimanakah penyelesaian soal ini jadinya? (75) a. Ke mana anak-anak pergi? b. Ke manakah anak-anak pergi? 3. Jika dalam kalimat tidak ada kata tanya tetapi intonasinya adalah intonasi interogatif, maka –kah akan memperjelas kalimat itu sebagai kalimat interogatif. Kadang-kadang urutan katanya dibalik. Contoh: (76) a. Akan datang dia nanti malam? b. Akan datangkah dia nanti malam? (77) a. Harus aku yang mulai dahulu? b. Haruskah aku yang mulai dahulu? (78) a. Tidak dapat dia mengurus soal sekecil itu? b. Tidak dapatkah dia mengurus soal sekecil itu? b. Partikel –lah Partikel –lah, yang juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat imperatif atau kalimat deklaratif (Alwi, dkk., 1998: 308). Berikut ini kaidah pemakaiannya. 1. Dalam kalimat imperatif, -lah dipakai untuk sedikit menghaluskan nada perintahnya. Contoh: (79) Pergilah sekarang, sebelum hujan turun! (80) Bawalah mobil ini ke bengkel besok pagi! (81) Kalau Anda mau, ambillah satu atau dua buah! 2. Dalam kalimat deklaratif, -lah dipakai untuk memberikan ketegasan yang sedikit keras. Contoh: (82) Dari ceritamu, jelaslah kamu yang salah. (83) Ambil berapa sajalah yang kamu perlukan. (84) Inilah gerakan pembaruan. (85) Dialah yang menggugat soal itu. Dari pemakaian partikel –lah pada contoh di atas tampak bahwa partikel itu cenderung dilekatkan pada predikat kalimat. c. Partikel –tah Partikel –tah, yang juga berbentuk klitika, dipakai dalam kalimat interogatif, tetapi si penanya sebenarnya tidak mengharapkan jawaban (Alwi, dkk., 1998: 309). Ia seolah-olah hanya bertanya pada diri sendiri karena keheranan atau kesangsiannya. Partikel –tah banyak dipakai dalam sastra lama, tetapi tidak banyak dipakai lagi sekarang. Contoh: (86) Apatah artinya hidup ini tanpa engkau? (87) Siapatah gerangan orangnya yang mau menolongku? d. Partikel pun Partikel pun hanya dipakai dalam kalimat deklaratif dan dalam bentuk tulisan dipisahkan dari kata di mukanya (Alwi, dkk., 1998: 309). Bentuk pun juga ada dua macam, yaitu sebagai klitika dan sebagai kata (Sukasworo, dkk., 2002: 144). Sebagai klitika, pun ditulis serangkai dengan unsur yang mendahuluinya. Sebagai kata pun ditulis terpisah dari unsur kebahasaan yang mendahuluinya. Kaidah pemakaiannya adalah sebagai berikut. 1. Pun dipakai untuk mengeraskan arti kata yang diiringinya. Contoh: (88) Mereka pun akhirnya setuju dengan usul kami. (89) Yang tidak perlu pun dibelinya juga. (90) Siapa pun yang tidak setuju pasti akan diawasi. Dari pemakaian partikel pun pada contoh di atas tampak bahwa partikel itu cenderung dilekatkan pada subjek kalimat. Perlu diperhatikan bahwa partikel pun pada konjungtor ditulis serangkai; jadi, ejaannya walaupun, meskipun, kendatipun, adapun, sekalipun, biarpun, dan sungguhpun. Bedakan ejaan ini dengan ejaan-ejaan berikut, mereka pun, makan pun, itu pun, ini pun yang partikel pun-nya dipisahkan (Alwi, dkk., 1998: 309). Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (2001: 31-32) menambahkan mengenai beberapa kelompok yang lazin dianggap padu dengan partikel pun, yaitu andaipun, ataupun, bagaimanapun, dan kalaupun. Sukasworo, dkk., dalam bukunya yang berjudul Bahasa Indonesia Untaian Gramatika dan Sastra Indonesia Untuk SMU Kelas 1 menambahkan penulisan bentuk pun yang lazim dianggap padu, yaitu betapapun. 2. Dengan arti yang sama seperti di atas, pun sering pula dipakai bersama –lah untuk menandakan perbuatan atau proses mulai berlaku atau terjadi. Contoh: (91) Tidak lama kemudian hujan pun turunlah dengan derasnya. (92) Para demonstran itu pun berbarislah dengan teratur. (93) Para anggota yang menolak pun mulailah berpikir-pikir lagi. Menurut Sartono dalam buku Belajar Efektif Bahasa Indonesia Untuk Siswa SLTP Kelas 1 halaman 155 mengemukakan mengenai fungsi-fungsi partikel pun, yaitu: 1. Sebagai kata penghubung Contoh: Adapun untuk bergabung dengan klub itu hanya untuk meningkatkan prestasi saja. 2. Menguatkan bagian kalimat yang berlawanan Contoh: Sekalipun hujan lebat, permainan tetap berlangsung. 3. Mengandung arti perlawanan Contoh: Diberi suruh pun aku tak sudi bergabung. 4. Berarti ‘juga’ Contoh: Selain tuan rumah, tim tamu pun mendapat dukungan dari penonton. F. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam menganalisis kesalahan penulisan partikel pun pada harian Banten Pos edisi Juni 2012. Metode kualitatif dipilih karena penelitian ini mengacu pada data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari rubrik yang terdapat di harian Banten Pos edisi Juni 2012. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori sebagai kerangka dasar dalam melaksanakan penelitiannya. Oleh karena itu, penelitian ini juga disebut sebagai penelitian deskriptif kualitatif. G. Teknik Pengumpulan Data Data-data dikumpulkan melalui teknik dokumentasi. Peneliti memilih dan menemukan masalah terlebih dahulu dari data-data yang akan dijadikan sebagai bahan dalam penelitian. Data tersebut terdapat pada harian Banten Pos edisi Juni 2012. Setelah peneliti berhasil menemukan data-data yang memiliki kesalahan dalam penulisan partikel pun sebagai bahan penelitian, peneliti mengumpulkan data-data berupa kata-kata dan bukan angka-angka, memilah-milah, menyusun, menafsirkan, menjelaskan, dan menganalisis data yang terkumpul secara deskriptif. H. Teknik Analisis Data Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis data menggunakan model deduktif. Peneliti terlebih dahulu menggunakan teori sebagai alat ukur dalam melaksanakan penelitian. Peneliti menganalisis data yang telah terkumpul berdasarkan teori yang digunakan. Data-data tersebut diamati apakah memiliki kesalahan atau tidak. Kesalahan-kesalahan yang terjadi diberikan penjelasan terlebih dahulu dengan mencantumkan data-data yang mengalami kesalahan dan diberikan alternatif penulisan yang benar sesuai dengan teori yang digunakan. I. Sumber Data Penelitian ini menggunakan media cetak berupa koran sebagai sumber data selama berlangsungnya proses penelitian. Sumber data tersebut terdapat pada harian Banten Pos edisi 7 Juni 2012 dan edisi 9 Juni 2012. Peneliti akan memilah-milah dan menemukan kesalahan dalam penulisan partikel pun dari seluruh rubrik berita yang ada pada kedua edisi tersebut. J. Hasil Penelitian Setelah melalui berbagai prosedur di atas, pada bagian ini peneliti akan memaparkan mengenai hasil penelitian. Hasil penelitian ini merupakan puncak dari keseluruhan prosedur yang telah dilalui. Dari keseluruhan rubrik berita yang memiliki kesalahan dalam penulisan partikel pun terhitung berjumlah duapuluh satu, yakni delapan kesalahan pada edisi 7 juni 2012 dan tiga belas kesalahan pada edisi 9 Juni 2012. Pada edisi 7 Juni 2012, kesalahan penulisan partikel pun terletak pada rubrik berita yang masing-masing berjudul Azzuri Tanpa Target (hlm. 1), Jessica Iskandar Digaet Pejabat (hlm. 1), DPRD Didesak Tindaklanjut Temuan BPK (hlm. 2), Banten Incar Runner Up Pada Popwip Regional III (hlm. 4), Penahanan Siswa SMPN 1 Muncang Disesalkan (hlm. 13), dan Jadi Jaksa Karena Kagum Sosok Ayah (hlm. 16). Sedangkan pada edisi 9 Juni 2012 terletak pada rubrik berita yang masing-masing berjudul Internet Cerdas tanpa Pornografi (hlm. 10), DPRD Kota Usulkan Perluasan Kewenangan Kecamatan (hlm. 11), Kesira Kabupaten Lebak Dapat Bantuan Ambulan (hlm. 12), Bertekad Hidup Mandiri (hlm. 13) Pekan Depan Polisi Tetapkan Tersangka Pengeroyok Jarrak (hlm. 16), Anggota DPRD Buton Belajar Perda Hiburan (hlm. 16), dan Bangkit dari Keterpurukan Setelah Ditipu Kolega (hlm. 16). Peneliti akan menjelaskan setiap kata dalam kalimat yang melakukan kesalahan penulisan partikel pun dan memberikan alternatif penulisan yang benar sesuai dengan teori yang digunakan. Hal tersebut dilakukan agar masyarakat tidak mengulangi lagi kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh pemakai bahasa tulis. Terlebih dahulu peneliti akan memaparkan mengenai kesalahan yang terdapat pada seluruh rubrik berita pada edisi 7 Juni 2012. 1. Azzuri Tanpa Target Pada rubrik ini, kesalahan penulisan partikel pun ditemukan pada kata apapun dan siapapun. Kata apapun terdapat pada halaman satu paragraf pertama kalimat kedua, sedangkan kata siapapun ditemukan pada paragraf keempat kalimat kedua. Dalam rubrik ini terjadi dua kesalahan yang sama pada kata yang sama, yakni kata apapun yang terdapat pada paragraf pertama dan kata apapun pada paragraf keempat. Kata-kata yang ditemukan kesalahan terdapat pada kalimat berikut. “Dengan persiapan yang kurang meyakinkan akibat cedera, skandal pengaturan skor, dan kekalahan dalam uji coba, Gli Azzuri tidak dibebani target apapun.” (Paragraf pertama kalimat kedua) “Saya tidak punya target apapun. Saya hanya ingin menurunkan tim yang tahu bagaimana caranya bermain sejak menit pertama hingga menit terakhir siapapun lawan mereka.” (Paragraf keempat kalimat kedua) Berlandaskan pada teori yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa dalam penulisan partikel pun ada yang terpisah dan ada yang serangkai. Dalam penulisan partikel pun yang dianggap padu lazimnya ada dua belas, yakni walaupun, meskipun, kendatipun, adapun, sekalipun, biarpun, sungguhpun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, dan betapapun. Selain dua belas kata tersebut, partikel pun ditulis secara terpisah. Dengan demikian, penulisan kata apapun dan siapapun yang serangkai jelas merupakan suatu kesalahan. Oleh karena itu, alternatif penulisan yang seharusnya adalah sebagai berikut. “Dengan persiapan yang kurang meyakinkan akibat cedera, skandal pengaturan skor, dan kekalahan dalam uji coba, Gli Azzuri tidak dibebani target apa pun.” (Paragraf pertama kalimat kedua) “Saya tidak punya target apa pun. Saya hanya ingin menurunkan tim yang tahu bagaimana caranya bermain sejak menit pertama hingga menit terakhir siapa pun lawan mereka.” (Paragraf keempat kalimat kedua) 2. Jessica Iskandar Digaet Pejabat Kesalahan selanjutnya ditemukan pada sebuah wacana berjudul “Jessica Iskandar Digaet Pejabat”. Kesalahan dalam rubrik ini terletak pada halaman tujuh paragraf ketiga kalimat pertama. Pada rubrik ini masih dijumpai kesalahan yang serupa dengan kesalahan penulisan partikel pun sebelumnya, yakni penulisan kata apapun yang ditulis serangkai bukan terpisah. “Tapi Olga tidak peduli dengan urusan pribadi sahabatnya tersebut, dia sepertinya sudah tidak memiliki hubungan apapun…” Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa penggunaan partikel pun haruslah mengikuti aturan yang berlaku. Selain tidak tergolongnya kata apapun ke dalam daftar kelompok yang dianggap padu seperti yang sudah dijelaskan di atas, kata apapun juga tidak ditulis serangkai karena bukanlah klitika. Kata apapun terdiri atas kata apa dan partikel pun. Sedangkan partikel pun hanya ditulis serangkai pada bentuk klitika. Sangat jelas bahwa penulisan apapun yang ditulis serangkai adalah kesalahan. Oleh karena itu, alternatif penulisan yang benar adalah sebagai berikut. “Tapi Olga tidak peduli dengan urusan pribadi sahabatnya tersebut, dia sepertinya sudah tidak memiliki hubungan apa pun…” 3. DPRD Didesak Tindaklanjut Temuan BPK Pada rubrik kali ini terdapat kesalahan penulisan partikel pun pada halaman dua paragraf kedua kalimat ketiga. Kesalahan tersebut dapat terlihat pada kutipan di bawah ini. “Hingga orasi selesai, tak satupun anggota DPRD Banten yang menemui pengunjuk rasa.” Melihat kutipan di atas, peneliti menemukan kesalahan dalam penulisan partikel pun pada kata satupun. Sama halnya dengan kesalahan sebelumnya, satupun bukanlah klitika melainkan sebuah kata yang terdiri atas kata satu dan partikel pun. Selain itu, kata satupun tidak termasuk ke dalam daftar penulisan partikel pun yang dianggap padu. Oleh karena itu, alternatif penulisan yang benar adalah sebagai berikut. “Hingga orasi selesai, tak satu pun anggota DPRD Banten yang menemui pengunjuk rasa.” 4. Banten Incar Runner Up Pada Popwip Regional III Kali ini kesalahan yang terjadi bukan karena penulisan partikel pun yang serangkai, tetapi penulisannya yang seharusnya serangkai malah terpisah. Hal itu terlihat sekali pada kutipan yang digarisbawahi di bawah ini yang diambil dari halaman empat paragraf kesepuluh kalimat kedua. “Namun, yang penting, semua arena yang dibutuhkan sudah tersedia, kalau pun ada yang kurang, baik di Cilegon maupun di Kota Serang tinggal sedikit pembenahan.” Seperti yang telah dikemukakan pada bagian sebelumnya bahwa salah satu syarat penulisan partikel pun ditulis serangkai apabila kata yang mendahuluinya merupakan konjungsi. Melihat kata kalau termasuk ke dalam konjungsi subordinatif, maka penulisan partikel pun seharusnya ditulis serangkai. Selain itu, kata kalau pun terdaftar dalam dua belas kelompok yang dianggap padu. Hal tersebut semakin memperkuat kesalahan yang dilakukan pada penulisan di atas. Alternatif penulisannya yang benar adalah sebagai berikut. “Namun, yang penting, semua arena yang dibutuhkan sudah tersedia, kalaupun ada yang kurang, baik di Cilegon maupun di Kota Serang tinggal sedikit pembenahan.” 5. Penahanan Siswa SMPN 1 Muncang Disesalkan Masih dalam edisi yang sama, pada halaman tiga belas paragraf ketiga kalimat kedua terjadi kesalahan penulisan partikel pun pada kata itupun. “Hal itupun dilakukan jika memang dianggap akan mengganggu ketertiban umum.” Perlu diingat bahwa penulisan partikel pun ditulis secara terpisah dari kata yang mendahuluinya apabila kata tersebut bukan termasuk ke dalam kelompok yang lazim dianggap padu, yaitu walaupun, meskipun, kendatipun, adapun, sekalipun, biarpun, sungguhpun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, dan betapapun. Karena kata itupun tidak termasuk ke dalam kelompok yang dianggap padu, maka penulisan yang benar adalah sebagai berikut. “Hal itu pun dilakukan jika memang dianggap akan mengganggu ketertiban umum.” 6. Jadi Jaksa Karena Kagum Sosok Ayah Kesalahan selanjutnya ditemukan pada wacana berita yang berbeda, yakni pada halaman enam belas paragraf ketiga kalimat keempat. Kesalahan tersebut terlihat pada penulisan kata siapapun. Kesalahan ini sudah terjadi pada rubrik sebelumnya. Namun tetap terulang kembali pada rubrik ini. “Rajin ibadah dan ramah kepada siapapun yang ia jumpai di kantornya, termasuk dengan wartawan.” Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa menurut Ejaan Yang Disempurnakan, penulisan partikel pun ditulis serangkai dari kata yang mendahuluinya apabila kata tersebut termasuk ke dalam konjungsi dan termasuk dalam daftar dua belas kelompok kata yang dianggap padu. Akan tetapi, kata siapapun bukanlah konjungsi dan tidak termasuk dalam daftar dua belas kelompok yang dianggap padu. Oleh karena itu, penulisan partikel pun pada kata siapapun yang serangkai adalah suatu kesalahan yang harus diperbaiki. Perbaikan penulisan partikel pun yang benar adalah sebagai berikut. “Rajin ibadah dan ramah kepada siapa pun yang ia jumpai di kantornya, termasuk dengan wartawan.” Dari keseluruhan rubrik yang terdapat pada harian Banten Pos edisi 7 Juni 2012, telah ditemukan sembilan kata dalam enam wacana berita yang melakukan kesalahan penulisan partikel pun. Kesalahan selanjutnya ditemukan pula pada harian Banten Pos edisi 9 Juni 2012. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada edisi sebelumnya ternyata tidak jauh berbeda dengan edisi ini. Bahkan ditemukan lebih banyak kesalahan dalam penulisan partikel pun dibandingkan dengan edisi sebelumnya. Kesalahan-kesalahan tersebut akan dipaparkan di bawah ini. 1. Internet Cerdas tanpa Pornografi Kesalahan kali ini ditemukan pada halaman sepuluh. Pada rubrik ini ditemukan kesalahan penulisan partikel pun sebanyak empat kata, yakni dimanapun, kapanpun, apapun, dan kecilpun. Kata apapun mengalami kesalahan sebanyak dua kali. Kesalahan-kesalahan tersebut adalah sebagai berikut. “… karena internet ini dapat kita akses dimanapun dan kapanpun…” (Paragraf pertama kalimat kedelapan) “…kita tidak akan pernah ketinggalan berita apapun.” (Paragraf kedua kalimat kedua) “…bahkan sampai teman semasa kecilpun kita bisa berjumpa lagi dengan adanya akun facebook.” (Paragraf ketiga kalimat kedua) “Internet saat ini memang menjadi jendela dunia kita dapat melihat atau mengakses apapun dengan media internet…” (Paragraf keempat kalimat pertama) Salah satu kaidah penulisan partikel pun yang serangkai adalah kata tersebut termasuk dalam daftar dua belas kelompok yang dianggap padu, merupakan konjungsi, dan berbentuk klitika. Sedangkan apa yang terlihat pada kutipan di atas, yakni kata dimanapun, kapanpun, apapun, dan kecilpun tidak termasuk dalam daftar dua belas kelompok yang dianggap padu dan bukan konjungsi. Kata-kata di atas terdiri atas kata kapan, apa, dan kecil yang didampingi oleh partikel pun. Khusus untuk kata dimanapun terdiri atas konjungsi di, kata mana, dan partikel pun. Oleh karena itu, penulisan alternatif yang benar adalah sebagai berikut. “… karena internet ini dapat kita akses di mana pun dan kapan pun…” (Paragraf pertama kalimat kedelapan) “…kita tidak akan pernah ketinggalan berita apa pun.” (Paragraf kedua kalimat kedua) “…bahkan sampai teman semasa kecil pun kita bisa berjumpa lagi dengan adanya akun facebook.” (Paragraf ketiga kalimat kedua) “Internet saat ini memang menjadi jendela dunia kita dapat melihat atau mengakses apa pun dengan media internet…” (Paragraf keempat kalimat pertama) 2. DPRD Kota Usulkan Perluasan Kewenangan Kecamatan Kesalahan penulisan partikel pun kali ini ditemukan pada halaman sebelas paragraf kedua kalimat pertama, yakni sebagai berikut. “Inipun dilakukan demi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dari perizinan bangunan.” Kata inipun di atas terdiri atas kata ini dan partikel pun. Selain itu, kata inipun bukanlah konjungsi. Melihat dua kaidah itu saja sudah dapat ditentukan bahwa penulisan kata inipun secara serangkai adalah suatu kesalahan. Penulisan yang benar seharusnya terpisah seperti yang terlihat di bawah ini. “Ini pun dilakukan demi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) dari perizinan bangunan.” 3. Kesira Kabupaten Lebak Dapat Bantuan Ambulan Kesalahan selanjutnya terdapat pada halaman dua belas paragraf keempat kalimat ketiga. Kesalahan itu terlihat pada kata yang digarisbawahi di bawah ini. “Setiap manusia akan mengorbankan apapun untuk mempertahankan kesehatannya.” Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengenai penulisan partikel pun ditulis serangkai apabila kata yang mendahuluinya merupakan bentuk klitika dan terdaftar dalam dua belas kelompok yang dianggap padu. Sedangkan kata apapun di atas terdiri atas kata apa dan partikel pun. Selain itu, kata tersebut juga tidak termasuk dalam daftar kelompok yang dianggap padu. Oleh karena itu, alternatif penulisannya yang benar adalah sebagai berikut. “Setiap manusia akan mengorbankan apa pun untuk mempertahankan kesehatannya.” 4. Bertekad Hidup Mandiri Wacana berita kali ini terletak pada halaman tiga belas. Kali ini kesalahan ditemukan pada kata apapun, siapapun dan begitupun. Kesalahan kata-kata tersebut dapat terlihat pada kutipan di bawah ini. “Intinya hidup ini harus dijalani, apapaun kondisinya…” (Paragraf ketiga kalimat pertama) “Siapapun pasti ingin anak-anaknya lebih maju dibanding orangtuanya. Begitupun dengan saya.” (Paragraf ketujuh kalimat kedua) Melihat kutipan di atas, masih saja ditemukan kesalahan penulisan pada kata apapun. Padahal penulisan kata apapun sudah terjadi pada edisi sebelumnya. Bahkan kali ini kesalahan tersebut bertambah dengan terjadinya kesalahan pengetikan kata apapun menjadi apapaun. Seperti yang sudah peneliti sampaikan sebelumnya bahwa kata apapun ditulis terpisah karena kata apapun tidak terdaftar dalam kelompok yang dianggap padu. Sama halnya dengan kata apapun, kata siapapun dan begitupun juga ditulis terpisah karena tidak termasuk dalam daftar kelompok yang dianggap padu. Selain itu, partikel pun pada kata siapapun dan begitupun memiliki arti “juga/saja”. Arti “juga/saja” pada partikel pun menyatakan bahwa penulisannya adalah terpisah bukan serangkai. Oleh karena itu, penulisannya harus terpisah seperti yang terlihat di bawah ini. “Intinya hidup ini harus dijalani, apa pun kondisinya…” (Paragraf ketiga kalimat pertama) “Siapa pun pasti ingin anak-anaknya lebih maju dibanding orangtuanya. Begitu pun dengan saya.” (Paragraf ketujuh kalimat kedua) 5. Pekan Depan Polisi Tetapkan Tersangka Pengeroyok Jarrak Wacana berita yang mengandung kesalahan dalam penulisan partikel pun kali ini terletak di halaman enam belas paragraf keempat kalimat ketiga. Kesalahan yang dilakukan tidak jauh berbeda dengan kesalahan yang terjadi pada wacana sebelumnya. Kesalahan penulisan partikel pun tersebut terlihat pada kata yang digarisbawahi di bawah ini. “Namun kita tetap harus mengedepankan praduga tak bersalah kepada siapapun.” Salah satu acuan untuk menentukan suatu kata ditulis serangkai atau terpisah dengan partikel pun adalah mengetahui dan mengingat dua belas kelompok yang lazim dianggap padu penulisannya, yakni walaupun, meskipun, kendatipun, adapun, sekalipun, biarpun, sungguhpun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, kalaupun, dan betapapun. Kata-kata tersebut berupa klitika dan bukan kata. Kata siapapun seperti yang terdapat dalam kutipan di atas tidak termasuk dalam daftar penulisan yang padu. Oleh karena itu, suatu kesalahan apabila kata siapapun ditulis serangkai. Alternatif penulisan yang benar adalah sebagai berikut. “Namun kita tetap harus mengedepankan praduga tak bersalah kepada siapa pun.” 6. Anggota DPRD Buton Belajar Perda Hiburan Wacana selanjutnya yang memiliki kesalahan dalam penulisan partikel pun terdapat pada halaman enam belas paragraf keempat kalimat kedua. Kata yang mengalami kesalahan tersebut adalah kata itupun. “Larangan itupun diperkuat dengan perda pemerintahan setempat.” Hampir serupa dengan kesalahan yang terjadi pada wacana sebelumnya, yakni kata inipun. Kata itupun juga seharusnya ditulis terpisah karena tidak termasuk dalam daftar kelompok yang dianggap padu. Selain itu, kata itupun memiliki arti “juga/saja”. Alternatif penulisan yang benar adalah sebagai berikut. “Larangan itu pun diperkuat dengan perda pemerintahan setempat.” 7. Bangkit dari Keterpurukan Setelah Ditipu Kolega Kesalahan selanjutnya ditemukan pada halaman enam belas paragraf kesepuluh kalimat kedua. Seperti yang terlihat pada kutipan di bawah ini. “Menurutnya dengan gaji besarpun seseorang bisa saja kinerjanya semaunya…” Kesalahan kali ini terletak pada kata besarpun. Kata besarpun tidak seharusnya ditulis serangkai karena kata ini tidak termasuk dalam daftar kelompok kata yang dianggap padu. Selain itu, kata besarpun memiliki arti “juga/saja” sehingga semakin memperkuat kesalahan penulisan yang terjadi. Alternatif penulisan yang seharusnya adalah sebagai berikut. “Menurutnya dengan gaji besarpun seseorang bisa saja kinerjanya semaunya…” K. Simpulan Tidaklah mudah bagi seseorang menghasilkan suatu tulisan yang menarik, terutama sesuai dengan kaidah yang berlaku. Banyak sekali kesalahan yang sering dilakukan oleh pemakai bahasa tulis, baik dari segi tata bahasa, tanda baca maupun ejaan. Hal tersebut terjadi karena kurangnya wawasan pemakai bahasa mengenai kaidah kebahasaan yang sesunggguhnya. Seperti yang terjadi pada kedua edisi dalam harian Banten Pos, yakni edisi 7 Juni 2012 dan 9 Juni 2012. Ditemukan banyak sekali kesalahan dalam penulisan partikel pun. Di antara kedua edisi tersebut, justru edisi kedualah yang memiliki kesalahan lebih banyak dibandingkan edisi pertama. Padahal data yang diambil memiliki rentangan waktu yang berbeda. Seharusnya edisi kedua dapat memperbaiki kesalahan pada edisi pertama dan menjadi lebih baik dalam hal penulisannya. Akan tetapi, semua itu bertolak belakang dari apa yang terjadi. Kesalahan terbanyak dalam penulisan partikel pun ditemukan pada penulisan kata apapun. Kata ini menjadi salah satu hambatan bagi pemakai bahasa tulis dalam menuliskannya. Selain kata apapun, terdapat kata siapapun, satupun, itupun, inipun, dimanapun, kapanpun, kecilpun, begitupun, dan sebagainya. Kesalahan demi kesalahan yang terus-menerus terjadi dalam dunia penulisan sedapat mungkin harus segera dihentikan. Walaupun terlihat sepele, masalah ini merupakan penyakit yang dapat merusak pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai kaidah penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar. L. Daftar Pustaka Alwi, Hasan, dkk., 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Bungin, M. Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana. Finoza, Lamuddin. 2010. Komposisi Bahasa Indonesia untuk Mahasiswa Nonjurusan Bahasa. Jakarta: Diksi Insan Mulia. Moleong, Lexy J., 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka. Sartono. Belajar Efektif Bahasa Indonesia Untuk Siswa SLTP Kelas 1. Jakarta: Intimedia. Suherlan dan Odien R., 2004. Ihwal Ilmu Bahasa dan Cakupannya: Pengantar Memahami Linguistik. Banten: Untirta Press. Sukasworo, dkk., 2002. Bahasa Indonesia Untaian Gramatika dan Sastra Indonesia Untuk SMU Kelas 1. Jakarta: Piranti Darma Kalokatama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar