Aku terlahir sebagai perempuan dengan segala kekurangan yang terlalu lama mengendap dalam diri. Kini aku mencoba berbagi atas segala kisah yang sempat hinggap dan takkunjung pergi ataupun yang hanya bersinggah kemudian berlalu.
Rabu, 20 Agustus 2014
Sekelibat Kisah
Perjalananku ke dunia tulis menulis mulai kutekuni sejak aku menginjakkan kaki di bangku sekolah menengah pertama. Keinginan terbesarku adalah untuk menjadi seorang guru sekaligus merangkap sebagai seorang penulis. Ingin sekali rasanya seluruh tulisanku di muat di seluruh media masa, dibaca dan digemari oleh semua orang dari segala kalangan dan usia. Waktu kecil, cita-citaku memang tak jauh dari dunia sastra. Aku ingin menjadi pelukis! Begitulah kiranya si kecil berkata. Keinginan kecilku menjadi pelukis membuatku selalu menggambar desain-desain baju, dan wajah-wajah orang dalam imajinasiku ke dalam kertas putih tipis yang disebut buku. Namun sayang, kegiatan melukisku mulai berkurang ketika aku menginjakkan kaki di bangku sekolah menengah. Bahkan sekarang, ketika aku sedang menulis ini, aku sudah tak pernah melukis lagi. Aku merasa aku tidak ada bakat di dunia lukis-melukis. Sketsaku jelek dan tak berdasar. Membuatku malas untuk melanjutkannya. Padahal aku sudah pernah membuat sebuah komik, ehm sepertinya bukan sebuah tapi sudah lebih dari sebuah. Sayangnya, komik-komik itu aku lupa menaruhnya. Mungkinkah aku buang? Wah, gawat kalau begitu!
Sejak kegiatan rutinku membuat sketsa gambar yang memang aneh dan tak berdasar berkurang, aku mulai menekuni kegiatan baca-membaca, khususnya di dunia teenlit. Aku sangat mencintai teenlit. Begitu banyak teenlit yang sudah kubaca, baik dari perpustakaan maupun dari teman-temanku. Yaah, walaupun aku tak pernah membelinya. Kamu tahulah alasannya. Namun hobi membaca teenlit-ku mulai mereda dan sudah tak menggila lagi sejak aku masuk ke bangku sekolah menengah atas. aku mulai berpindah posisi ke korean holic. Yah, walaupun aku sudah menyukainya sejak SMP kelas 1, yakni ketika adanya drama Taiwan berjudul Meteor Garden dan Twins. Hal itu membuatku agak menjauh dari dunia sastra. Imajinasiku yang dari awal sekolah menengah senang sekali membuat puisi-puisi picisan yang kadang tak bermakna mengenai cinta beralih menjadi imajinasi khayalan tingkat tinggi mengenai cinta sejati yang penuh dengan kebahagiaan dan keromantisan yang selalu ditawarkan oleh drama-drama Korea dan Taiwan. Entah mengapa, sejak saat itu semua keliaranku dalam sastra benar-benar berkurang.
Aku memutuskan untuk menjajaki dunia tulis-menulis lagi. Aku memasuki ruang lingkup sastra Indonesia dalam langkahku menuju masa depan. Selain cita-citaku yang ingin menjadi seorang guru, sebenarnya aku juga ingin sekali menjadi seorang penulis terutama penyair. Tapi itu dulu sebelum aku memasuki langkah yang lebih besar lagi seperti saat ini. Beberapa tahun yang lalu aku mulai menginginkan sesuatu yang lebih besar, yakni menjadi seorang penulis, baik itu prosaik, esais, cerpenis, pokoknya penulis! Kini aku mulai sering menulis-nulis cerpen dan beberapa mini story. Walaupun masih banyak yang belum kelar. Yah, namanya juga sesuai mood.
Saya tidak menyesal menempuh jalur ini. Jalur ini sangat menyengangkan dan membuat saya lebih terpacu lagi untuk menulis. Walaupun saya juga harus sering didorong untuk meningkatkan keinginan saya menulis. Yang sangat disayangkan, rasa malas untuk membaca tak pernah hilang dari benak saya. Saya suka menulis, tetapi dangkal membaca. Mungkin itu salah satu penyebab yang membuat tembok di antara jembatan kata yang sedang saya rangkai.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar