Rabu, 20 Agustus 2014

SAHABAT YANG BAIK "Cerita Bergenre Anak"

SAHABAT YANG BAIK Hai... namaku MeMey. Saat ini aku duduk di kelas 6 SD. Aku senang sekali bermain, baik dengan perempuan maupun laki-laki. Aku punya banyak sekali sahabat. Bahkan ketika aku sakit pun, mereka dengan setia menjenguk dan menjagaku. Tapi, ada satu orang laki-laki yang sangat menyebalkan! Dia berbeda dengan sahabat-sahabatku yang lain. Ia selalu menggangguku dan hal itu membuatku jengkel. Nama laki-laki itu Dodon. Ia memiliki tubuh yang gendut dengan rambut yang keriting dan kulit yang hitam. Bertolak belakang dengan aku yang memiliki kulit sawo matang, rambut lurus dan langsing (hehehe). Dodon sering sekali mengatai aku pesek. Ia juga mengatai aku peyot. Sempat aku menangis karena kata-katanya yang sangat kasar bagiku. Dia tidak pernah menyadari kekurangannya sendiri. Tapi aku cuma diam dan sabar mendengarkan ejekannya padaku. Sahabat-sahabatku pun pernah melawan Dodon karena mereka membelaku, tapi aku tidak mau gara-gara Dodon semuanya ikut terpancing. Akhirnya mereka mendengarkan kata-kata aku. Dibalik itu semua, terkadang aku kasian melihatnya yang selalu sendirian dan jarang bermain. Mungkin karena sifat dan sikapnya yang jarang disukai teman-teman. Ia angkuh, pemarah, sok pintar, pelit, dan suka berbohong. Tapi, rasa kasian itu langsung hilang kalau dia sudah mulai mengerjaiku lagi. Pagi itu, aku yang memang sering sekali terlambat tergesa-gesa mengendarai sepedaku ke sekolah. Aku sedih ketika melihat pintu gerbang sekolah sudah ditutup rapat. Yang paling menyebalkannya, di sana ada seseorang yang tidak mau aku temui! Dodon! “Ih, ngapain sih dia di sana?” pikirku saat itu. Sebenarnya aku sangat malas kalau harus berdekatan dengannya, tapi apa boleh buat? Huft. Akhirnya aku pun mendekat ke arahnya. Dia terkejut ketika melihatku terlambat juga sepertinya. Tapi aku merasa ada yang aneh dengannya. Ia sama sekali tidak mengejekku seperti biasanya. Aku pun diam saja. Setelah kejadian itu, aku sering menangkap Dodon menatapku secara diam-diam. Bahkan dia kini lebih banyak diam dan menghindariku. Aku tidak tahu apa yang terjadi. “Apa ada yang salah yah sama aku? Aku salah apa sih, Allah?” tanyaku dalam hati. Walaupun aku tidak terlalu menyukai Dodon, tapi aku juga tidak mau dia membenciku. Sampai pada suatu ketika... “Mey, ada surat buat kamu tuh.” Kata Indi, sahabatku. “Surat apaan Ndi? Aku kan gak ngapa-ngapain kok dapet surat?” “Gak tau tuh! Baca gih! Aku penasaran.” Jawabnya sambil ketawa-ketawa Aku pun membuka surat itu. Di situ tulisannya begini, “Dodon mau ketemu sama Mey. Ada yang mau Dodon omongin sama kamu. Istirahat nanti, Dodon tunggu di tempat biasa kamu main yah? Dodon bakal nunggu Mey sampe dateng.” Begitu isi suratnya. Spontan, Indi pun bersorak mengejekku, “Ciye, Mey mau diajak ngobrol sama Dodon! Hahaha. Ati-ati Mey diculik! Hahaha” Omongan Indi memang hanyalah bercandaan, tapi aku jadi merasa takut. “Apa aku harus menemui Dodon yah? Dodon ngapain sih pake acara ngajak aku ke tempat itu? Kan aku takut!” Sampai jam istirahat selesai, aku belum juga menghampiri tempat itu. Aku belum melihat Dodon kembali. Dodon tidak ada di kelas mau pun di kantin. Aku mulai takut. “Dho, ngeliat Dodon gak?” tanyaku pada salah satu sahabatku. “Gak tuh Mey. Ngapain kamu nyariin dia? Ada masalah? Biar aku bantuin nih!” Dhonot memang selalu khawatir tentang aku, jadi dia seperti itu. “Gak ada kok, Dho. Aku cuma ada urusan aja nih.” Dhonot yang tahu watakku merasakan ada yang aneh dengan diriku. Akhirnya, ia pun memaksaku untuk cerita. Karena panik juga, akhirnya aku memberikan surat dari Dodon ke Dhonot. Ketika membacanya, Dhonot tertawa. “Hahaha mau ngapain tuh anak ngajak kamu ke tempat kita? Mau macem-macem dia sama kamu, Mey! Kita semua perlu ikut. Kita gak mau kamu kenapa-napa.” Perkataan Dhonot memang yang aku tunggu-tunggu daritadi, tapi aku takut juga mereka akan berantem. Satu per satu, Dhonot memanggil teman-teman yang lain. “Wis, Mol, Gi, Ndra, ... Ayo ikut! Kita harus melindungi sahabat kita!” teriak Dhonot dalam kelas. Kebetulan saat itu sekolah memang pulang cepat, jadi dia berani teriak kaya gitu. Dengan gagah aku dan sahabat-sahabatku menghampiri Dodon. Saat itu adalah saat yang paling lucu untuk aku, karena aku merasakan muka mereka sangat serius dan benar-benar bertekad melindungi aku. Aku bagaikan tuan puteri yang dikelilingi sama pangeran berkuda putih. Hahaha. Akhirnya kami sampai di tempat biasa kami bermain. Tidak jauh dari sekolahan. Gerbang kecil menuju dunia baru. Hahaha. Dunia barunya sih berupa jalan tol yang banyak dilewati mobil-mobil besar. Di sana sudah ada sosok anak laki-laki bertubuh gendut keriting dengan kulitnya yang semakin hitam. Kilatan air di tubuhnya menunjukkan kalau dia sudah lama duduk di sana. Aku bingung harus gimana. Dhonot bahkan sudah memberikan aba-aba untuk menghampiri Dodon. Aku pun melarang! Aku perlu tahu kenapa Dodon ngajak aku ke tempat ini. Dia kan tidak suka tempat ini. Dodon merasakan kedatangan kami. Ia pun menoleh. Ia terkejut melihatku datang bersama rombongan pangeran berkuda putih. Tapi ia tetap melanjutkan niatnya saat itu. “Mey, Dodon minta maaf karena selama ini sering bikin kamu nangis. Don tahu Mey pasti gak suka sama Don. Tapi Don kaya gitu soalnya Don ngerasa Mey itu lucu, baik, dan cantik. Dodon gak mau ngejekkin Mey lagi. Dodon suka sama Mey.” Katanya pelan tapi mengagetkan kami, terutama aku. Sejak saat itu, aku tidak pernah melihat Dodon meledekku lagi. Dodon semakin diam dan tidak bergairah. Ia tidak selucu dulu. Aku yang memang paling tidak bisa melihat salah satu temanku seperti itu, akhirnya pergi mendekati dia. Kebetulan saat itu sedang jam istirahat. Ia sedang duduk sendirian di kantin. “Don...” (Dodon pun menengok) “Makasih yah soalnya kamu udah gak pernah ngeledekin aku lagi. Tapi aku gak mau kalau kamu terus-terusan kaya gini. Dodon itu baik tau. Cuma Dodon harus belajar gak sombong, gak pelit, dan gak iseng. Temen-temen yang lain itu sayang sama Dodon. Gak ada yang benci sama Dodon.” “Kalau kamu, Mey?” “Aku? Aku juga gak pernah benci sama kamu. Walaupun aku sempet kesel sama tingkah kamu, tapi aku seneng punya temen kaya kamu. Kamu tuh bikin rame sekolahan. Hehe.” (Dodon tersenyum) “Makasih yah Mey. Maafin aku yah?” “Iya, gak apa-apa kok Don. Sekarang kita temenan yah?” “Iya, Mey.” 27 Oktober 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar